Sabtu, 08 Maret 2008

Opini Pendidikan

Pendidikan dan Tanggung Jawab Dunia
Oleh : Fatkhul Anas*)

Tanggal 10 Maret 2008 para Menteri Pendidikan dari sembilan negara berpenduduk besar di dunia mengadakan pertemuan E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All di Bali. Pertemuan ini akan berlangsung mulai 10 Maret sampai 12 Maret 2008. Negara-negara yang akan hadir dalam pertemuan ini adalah Banglades, Brasil, China, India, Indonesia, Meksiko, Mesir, Nigeria, dan Pakistan. Para menteri Negara-negara tersebut hendak membahas berbagai persoalan krusial pendidikan. Diantaranya persoalan buta aksara pada orang dewasa yang ditargetkan tuntas 50 persen pada 2015, akses pendidikan anak usia dini, penuntasan wajib belajar, kesetaraan jender dalam pendidikan, serta pendidikan kecakapan hidup (Kompas, 6 Maret 2008).
Mereka juga akan membahas mengenai kerjasama 9 negara peserta dalam hal identifikasi isu-isu prioritas, tantangan dan keberhasilan serta kerjasama tindakan di masa yang akan datang; berbagi pengalaman berkenaan dengan kebijakan dalam menjadikan guru sebagai profesi yang menarik, persiapan menjadi guru dan penyebarannya, kondisi kerja, retensi, pelatihan dan pengembangan karir guru, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan pelatihan pendidikan jarak jauh bagi guru. Selain itu, pembahasan mengenai peningkatan peranan UNESCO dan kerjasama Selatan-Selatan berkaitan dengan pelatihan guru dan potensinya juga akan dibahas. Serta memperkuat komitmen Negara-negara donor untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Kabar Indonesia, 6 Maret 2008).
Pertemuan E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All di Nusa Dua, Bali ini merupakan pertemuan kali ketujuh sejak didirikanya yaitu tahun 1993. Pertemuan ini mengambil tema "Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Bagi Guru Sebagai Bagian Penting Dalam Sistem Reformasi Pendidikan" (Improvement Of Teacher Education and Tranning as a Focus of Educational System Reform). Sebelumnya, pertemuan sebanyak 6 kali telah berlangsung secara antusias. Tercatat sejak 12-16 Desember 1993, adalah merupakan sejarah awal pertemuan E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All ini. Saat itu namanya masih EFA (Education For All) Summit of Nine Hight-Population Countries dan diselenggarakan di New Delhi, India.
Dari sinilah kemudian pertemuan E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All ini dimulai. Saat itu pertemuan diselenggarakan di Bali, sebagaimana pertemuan ketujuh ini. Pertemuan pertama ini tercatat mulai 14 September dan berakhir 15 September 1995 dengan dibuka oleh Presiden RI. Kemudian pertemuan kedua diselenggarakan di Islamabad, Pakistan pada 14-16 September 1997 dengan mengambil tema Mobilizing for progress. Ketiga, diselenggarakan di Recife, Brazil, tanggal 31 Januari sampai 2 Februari 2000. Keempat, diselenggarakan di Beijing, China, pada 21-23 Agustus 2001. Pertemuan kelima diselenggarakan di Kairo, Mesir, tanggal 19-21 Desember 2003. Sedang pertemuan keenam diselenggarakan di Monterey, Meksiko, pada 13-15 Februari 2006.
Dari pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan selama ini, jelas sudah bisa ditebak. Ini adalah pertemuan yang penuh makna bagi kehidupan dunia. Sebab persoalan yang dibahas adalah persoalan pendidikan krusial yang memang harus segera ditangani. Apalagi ini adalah persoalan dunia, bukan sekedar persoalan satu Negara atau satu wilayah. Karenanya pertemuan ini membawa misi penting bagi penentuan arah dan tujuan pendidikan dunia kedepan. Pertemuan ini juga telah mengisyaratkan bahwa sesungguhnya pendidikan merupakan tanggung jawab dunia, bukan sekedar tanggung jawab Negara tertentu atau golongan tertentu. Selain itu, pendidikan juga merupakan mata air pencerahan yang memang sudah semestinya dipikirkan bersama-sama.
Bagi Indonesia sendiri pertemuan ini mempunyai arti penting. Ini karena tingkat pendidikan Indonesia masih rendah. Ini bisa terlihat dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07). Laporan ini menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). Ini menujukkan betapa kualitas pendidikan Indonesia masih jauh dari harapan. Apalagi angka tersebut menurun dari tahun sebelumnya. Karenanya dari pertemuan ini Indonesia diharapkan mampu menggali ilmu dari Negara-negara yang mutu pendidikannya tinggi.
Selain itu, angka buta huruf di Indonesia juga masih cukup besar. Data BPS menunjukkan angka buta huruf masyarakat Indonesia pada 2007 terbilang 12,2 juta orang. Angka ini tergolong cukup besar meski telah mengalami penurunan dibanding tahun 2005 yang mencapai 14,6 juta dan 12,8 juta tahun 2006. Dari pertemuan inilah diharapkan persoalan buta huruf di Indonesia akan segera dituntaskan. Apalagi pertemuan ini juga akan membicarakan persoalan buta huruf dunia yang ditargetkan tuntas 50 persen pada 2015. Hal ini jelas akan membantu pihak Indonesia. Setidaknya Indonesia mampu menimba pengalaman Negara-negara tetangga terutama Cina yang dikatakan paling berhasil dalam penuntasan buta huruf.

Bukan Lahan Penghamburan

Namun sepenting apapun pertemuan itu, jangan sampai hanya menjadi lahan penghamburan dana, terutama dana pendidikan. Pertemuan tersebut harus benar-benar mampu membawa dampak yang nyata bagi Indonesia. Mengingat Indonesia masih memiliki berjubel-jubel persoalan pendidikan yang belum tuntas. Mulai dari persoalan dana pendidikan 20 persen yang belum terealisasi sampai saat ini, banyaknya gedung-gedung serta sarana dan prasarana pendidikan yang rusak, persoalan sertifikasi guru, dan masih banyak persoalan lain yang belum tuntas sampai saat ini. Semua itu tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Karenanya jika pertemuan E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All di Bali ini tidak membawa dampak apa-apa, Indonesia mengalami rugi besar.
Dari itu diharapkan pertemuan ini mampu membawa angin segar bagi masa depan pendidikan Indonesia. Setidaknya cita-cita Education For All benar-benar mampu terealisasi di bumi Indonesia ini yang hakikatnya masih Negara berkembang. Dan yang lebih penting pertemuan ini diharapkan mampu memberikan jalan keluar efektif bagi persoalan pendidikan Indonesia maupun dunia dan mampu membuka cakrawala kesadaran seluruh manusia bahwa pendidikan adalah tanggung jawab dunia.
*) Penulis adalah pengamat pendidikan pada Hasyim Asy’ari Institute
Nomor Rekening 0112531627 Bank BNI Cabang UGM Yogyakarta atas nama Fatkhul Anas

Tidak ada komentar: