Sabtu, 08 Maret 2008

Opini Pendidikan Lingkungan

Pendidikan Lingkungan Untuk Masa Depan
Oleh : Fatkhul Anas*)
Beberapa bulan lalu seluruh dunia geger dengan persoalan global warming. Dari hal ini berbagai negara kemudian mengadakan konferensi di Bali terkait persoalan tersebut. Mereka bersama-sama bermusyawarah untuk melakukan tindakan prefentiv guna mencegah global warming. Pasalnya, kalau global warming dibiarkan begitu saja, bisa-bisa dunia akan kiamat. Bayangkan saja, jika setiap tahun es di kutub utara dan selatan mencair terus-menerus. Tentu dunia ini akan tenggelam karena sebagian besar alam raya terdiri dari peraiaran. Karenanya kita cukup apresiet terhadap usaha berbagai negara dunia terkait isu global warming.
Namun, setelah global warming selesai dibahas dan tidak lagi diisukan, bukan berarti persoalan global warming selesai begitu saja. Global warming akan terus terjadi sebab masih banyaknya faktor-faktor penyebab global warming yang terus menyebar. Contoh kecil pemakaian BBM pada kendaraan bermotor. Sampai saat ini BBM masih terus berjalan pemakaiannya sementara usaha pencegahan belum sepenuhnya dilakukan. Karenanya mulai detik ini pula semestinya sudah dipikirkan cara pencegahan efektif terhadap global warming. Pencegahan tersebut sifatnya sebisa mungkin bukan pencegahan sementara, tetapi jangka panjang. Ini terkait persoalan global warming bukanlah hal sepele, ini menyangkut keselamatan dunia.
Terkait dengan usaha jangka panjang tersebut, artinya kita harus melibatkan generasi-generasi muda dan anak-anak kita. Tidak bisa kita hanya berpangku pada generasi saat ini yang memang bersinggungan langsung dengan isu global warming. Kita harus menyiapkan rencana panjang secara matang. Dan hal ini tentu saja akan melibatkan anak-anak kita yang saat ini masih alpa dengan global warming. Kelak jika dewasa, mereka sadar bahwa ada persoalan lingkungan yang harus mereka hadapi yaitu global warming. Sehingga dengan sendirinya mereka tanggap terhadap lingkungan tanpa harus digembar-gemborkan terlebih dahulu.
Jika kita sudah berbicara rencana (plan) tentu saja ada hal yang akan dilakukan. Dari ini kita bisa mencoba memasuki ranah pendidikan untuk mendukung rencana kita. Artinya, didalam kita menyiapkan generasi mendatang yaitu generasi yang tanggap dengan lingkungan adalah melalui pendidikan. Ini bisa diperkirakan akan efektif mengingat pendidikan adalah sesuatu yang esensial pada manusia. Pendidikan juga menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Aksesnya pun mudah didapat karena masing-masing negara mewajibkan pendidikan. Tidak mungkin negara akan mengabaikan pendidikan. Sebab dengan pendidikan manusia akan menjadi insan bermutu.
Akan tetapi tentu saja bukan sembarang pendidikan dalam hal ini. Karena yang akan dihadapi adalah persoalan lingkungan, maka yang dibutuhkan saat ini adalah pendidikan lingkungan. Jadi tak sekedar pendidikan seperti yang lazim saat ini dilakukan. Dari itu, pendidikan harus mulai ditambahkan dengan persoalan lingkungan agar kedepan manusia yang terdidik khususnya manusia Indonesia mampu memelihara lingkungan. Pendidikan lingkungan ini bukan sekedar pendidikan yang bersifat formal. Tetapi juga menyangkut pendidikan informal seperti keluarga maupun non-formal.
Mulai dari ranah keluarga, pendidikan lingkungan harus mulai dibangun. Orang tua sebagai figur sekaligus panutan bagi anak-anaknya, sejak dini sudah mencontohkan bagaimana memelihara lingkungan yang baik. Anak-anak dididik secara serius dalam melestarikan lingkungan. Orang tua juga harus mampu menjadi aktor penggerak bagi anak-anaknya supaya mereka memiliki semangat tinggi untuk memelihara lingkungan. Bukan malah sebaliknya, orang tua menjadi penghambat bagi anak-anaknya untuk melestarikan lingkungan. Apalagi mereka malah menjadi aktor dalam pengrusakan terhadap lingkungan. Hal ini tidak boleh terjadi pada orang tua. Sebab keberhasilan pendidikan kalau merunut pada teori empirik ditentukan oleh faktor ekstern. Dalam hal ini adalah orang tua.
Pendidikan lingkungan juga sedini mungkin mulai merambah wilayah pendidikan formal seperti sekolah. Disekolah semestinya diberikan kurikulum khusus mengenai lingkungan. Bukan sekedar kurikulum seperti lazimnya saat ini seperti biologi misalnya yang membahas lingkungan. Namun ditambah alokasi materi khusus mengenai lingkungan. Lebih bagus lagi jika sekolah memiliki perkebunan, taman, atau area lingkungan luas yang banyak ditamani pohon-pohon. Hal ini supaya para siswa bisa belajar langsung, bukan sekedar dari buku. Mereka bisa bereksperimen mengenai alam dengan berbagai kreasi. Sehingga ketika selesai sekolah, mereka tidak gagap mengahadapi persoalan lingkungan. Atau malah mampu mengembangkan pengetahuannya seperti menciptakan perkebunan, budi daya tanaman, atau sejenisnya.
Pendidikan lingkungan ini tujuannya sebenarnya sederhana yaitu agar tercipta kesadaran akan lingkungan (ecological awareness) pada anak didik. Kesadaran ini yang diharapkan akan mampu melahirkan manusia-manusia bermutu yang mampu mengaplikasikan keilmuannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dengan sendirinya peka terhadap realita yang ada disekitarnya sehingga siap berperan di dalam realita tersebut. Tanpa perlu dikomando, mereka siap bergerak demi keselamatan lingkungan dan masa depan manusia. Karena kepekannya itu, diharapkan mereka mampu menjadi magnet yang menarik orang-orang sekitarnya untuk bersama-sama memelihara lingkungan.
Namun tentu saja hal ini tidak mudah dilakukan. Untuk menciptakan manusia-manusia seperti ini perlu pendidikan lingkungan yang benar-benar berkualitas. Ini tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Mulai dari ranah keluarga; ayah, ibu, anak, dan semua anggota keluarga sama-sama mendukung satu sama lain. Jangan ada pihak yang menjadi oposisi. Dalam lingkungan sekolah; mulai dari guru, karyawan, Kepala Sekolah, dan para siswa juga saling bekerja sama. Mereka saling bahu-membahu melestarikan lingkungan dengan tujuan sama yaitu menyelamatkan dunia. Jangan sampai antara siswa dengan pihak sekolah terjadi perbedaan kehendak. Mereka harus saling bekerja sama menciptakan lingkungan yang baik. Selain itu, pemerintah juga dimintai peran sertanya. Mulai dari pendanaan untuk pendidikan, pengarahan, serta pengayoman, sedini mungkin dilakukan pemerintah. Semua hal tersebut bukanlah untuk apa-apa melainkan demi keselamatan dunia dan masa depan kehidupan manusia.
*) Penulis adalah pengamat lingkungan pada Hasyim Asy’ari Institute
Nomor Rekening 0112531627 Bank BNI Cabang UGM Yogyakarta atas nama Fatkhul Anas

Tidak ada komentar: