Rabu, 23 Januari 2008

resensi etos dagang

Pandangan Numinus Dalam Perdagangan Jawa

Judul Buku : Etos Dagang Orang Jawa; Pengalaman Raja Mangkunegara IV
Pengarang : Daryono, MA
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan : I, Desember 2007
Tebal : xviii + 338 halaman
Peresensi : Fatkhul Anas*)


Masyarakat Jawa meskipun dikenal dengan masyarakat agraris, sesungguhnya mereka mempunyai etos yang dagang luar biasa. Sayangnya, hal ini tidak banyak diketahui oleh publik. Yang muncul adalah segi agrarisnya. Padahal perdagangan di kalangan masyarakat Jawa telah terjadi berabad-abad lalu. Terbukti ketika walisongo berdakwah pada masyarakat Jawa (sekitar abad 14) pertama-tama ditempuh melalui jalur perdagangan. Mereka berinteraksi melalui jual-beli. Disitulah para wali songo mengajarkan islam pada masyarakat Jawa. Bukti lain bahwa masyarakat Jawa kental dengan perdagangan yaitu ketika bangsa Eropa datang ke pulau Jawa yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman pertama kali adalah untuk bergadang.
Namun dalam perjalanan waktu perdagangan Jawa tiba-tiba lenyap. Yang menonjol adalah pertanianya. Ini boleh jadi karena kekejaman bangsa Eropa ketika menjajah Indonesia. Mereka mengeksplorasi tenaga masyarakat untuk menanam rempah-rempah serta makanan pokok untuk diangkut oleh bangsa Eropa. Selain itu, adanya monopoli perdagangan yang dilakukan bangsa Eropa menyebabkan pedagang Jawa rugi dan menderita. Dari sinilah fokus perdagangan masyarakat Jawa menjadi tak terarah dan berganti orientasi pada bidang pertanian karena tuntutan bangsa Eropa.
Biarpun etos dagang masyarakat Jawa seolah telah hilang, namun kebenaran sejarah selalu abadi dan tidak sirna. Sejarah inilah yang mampu mengungkap kembali seputar etos dagang masyarakat Jawa pada tempo dulu. Salah satu sejarah etos dagang masyarakat Jawa termaktub dalam buku Etos Dagang Orang Jawa; Pengalaman Raja Mangkunegara IV karya Daryono, MA. Dalam buku ini Daryono hendak menunjukkan kepada publik bahwa sesungguhnya orang Jawa tempo dulu mempunyai etos dagang yang luar biasa. Selain itu, Daryono juga hendak memberikan sanggahan kepada publik bahwa tidak semua masyarakat Jawa mempunyai pandangan “fatalistic” atau pasrah apa adanya terhadap rizki. Namun mereka selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh rizki yang halal.
Buku Etos Dagang Orang Jawa; Pengalaman Raja Mangkunegara IV ini menjelaskan pandangan atau pemikiran Raja Mangkunegara IV dalam hal perdagangan. Pemikiran inilah yang banyak dianut oleh masyarakat Jawa pada masanya. Sebab saat itu Mangkunegara adalah seorang Raja yang tentu saja banyak dipatuhi oleh rakyatnya. Apalagi Raja Mangkunegara IV memiliki pribadi yang luhur. Keluhuran beliau diantanya yaitu beliau adalah orang yang giat bekerja. Beliau juga menganjurkan agar kaum priyayi (keluarga raja) bekerja, tidak hanya berpangku tangan dan meminta gaji dari rakyat. Raja Mangkunegara IV juga merupakan raja yang dekat dengan rakyat. Beliau tak segan-segan berkunjung kepada rakyatnya untuk mengetahui kondisi mereka.
Selain keluhuran kepribadiannya, Raja Mangkunegara IV juga memiliki pemikiran yang cemerlang mengenai perdagangan. Beliau memandang perdagangan adalah sektor yang penting bagi kesejahteraan rakyat. Karenanya, perdagangan pada masanya menjadi hal yang digalakkan. Pandangan beliau mengenai perdagangan banyak mengarah kepada cara-cara menarik minat pembeli atau bagaimana agar orang mau membeli barang dagangan si pedagang. Beliau menganjurkan agar pedagang bersikap baik atau hormat dan peduli terhadap apa saja (hal 200). Hal ini didasarkan pada keteraturan secara hierarkis dalam masyarakat Jawa dalam semua hubungannya. Masyarakat Jawa begitu mementingkan etika dalam pergaulannya maupun dalam bermasyarakat. Sikap ini pun berdampak pada etos dagang mereka. Sikap saling menghormati merupakan manifestasi dari adanya etika yang luhur. Karena itu masyarakat Jawa tidak mau meninggalkannya, sekalipun dalam berdagang.
Selain menganjurkan agar bersikap baik atau hormat pada apa saja, Raja Mangkunegara IV juga menganjurkan agar bersikap rukun dan peduli terhadap sesama manusia (hal 245). Lagi-lagi dalam hal ini Raja Mangkunegara IV menempatkan etika kemanusiaan sebagai sendi perdagangan. Hal ini pun tak lain lahir karena kesetiaan masyarakat Jawa berpegang pada etika kemanusiaan. Masyarakat Jawa tidaklah terbiasa hidup individualis. Mereka dari dahulu memiliki kebudayaan gotong-royong yang diwariskan turun-temurun. Kehidupan guyub rukun sudah mendarah daging. Karenanya, sikap individualis sangat ditentang oleh masyarakat Jawa yang masih setia memegang etika kejawaan.
Etika kejawaan inilah yang sesungguhnya menjadi pondasi perdagangan Jawa. Pada intinya etika kejawaan bertumpu pada ”pandangan numinus” masyarakat Jawa. Pandangan numinus merupakan konsep kesatuan antara manusia, alam, alam metempiris (ghaib) yang merupakan bagian dari ke-Esaan Tuhan. Jadi dalam segala hal masyarakat Jawa tidak pernah melepaskan dari Ketuhanan. Karenanya, kita sering menjumpai masyarakat Jawa melakukan slametan. Hampir dalam segala hal, seperti kelahiran, kematian, khitanan, menanam padi, bahkan sampai kenaikan jabatan. Segalanya diadakan slametan. Tujuan slametan sebenarnya sepele. Masyarakat Jawa hanya ingin menjaga keseimbangan kosmos antara alam, manusia, alam metempiris (ghaib) dan Tuhan. Masyarakat Jawa tidak ingin terjadi ketimpangan dalam hubungan keempatnya. Karenanya pilar-pilar kebudayaan masyarakat Jawa banyak bertumpu pada usaha keselarasan antara keempat unsur tersebut, termasuk juga dalam perdagangan. Wajar jika dalam masyarakat Jawa sangat jarang dikenal monopoli perdagangan. Meskipun ada juga pihak yang melakukannya.
Konsep ”pandangan muninus” masyarakat Jawa terhadap perdagangan, itulah sesungguhnya yang dikehendaki oleh Raja Mangkunegara IV. Karenanya segala kebijakan Beliau dalam perdagangan lebih mementingkan aspek kemanusiaannya dari pada bisnis. Meski pun hal tersebut untuk saat ini dimana perdagangan telah modern kurang tepat, namun sistem tersebut mampu memberikan solusi tepat dalam perdagangan masyarakat Jawa. Terbukti saat itu perekonomian maju.
Itulah etos-etos dagang orang Jawa yang berhasil dibangun oleh Raja Mangkunegara IV yang ditulis dalam buku ini. Semoga dengan membaca buku ini, pembaca menjadi tergugah kesadarannya untuk mempelajari dan mengetahui etos dagang masyarakat Jawa. Selain itum buku ini juga membuktikan bahwa masyarakat Jawa perbah mengalami kemajuan dalam perdagangannya.
*) Penulis adalah pustakawan Pusaka Yogyakarta
Nomor Rekening 0112531627 Bank BNI Cabang UGM Yogyakarta atas nama Fatkhul Anas

Tidak ada komentar: